Tampilkan postingan dengan label coretan. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label coretan. Tampilkan semua postingan

08 September 2022


unsplash/matthew-smith




        Mengapa topik ini?  postingan ini tidak dibuat pada hari bumi, juga bukan karena mengikuti kompetisi. Ini hanya sekedar coretan dari seorang whalien yang tinggal di bumi bernama IRU.

        Pertama-tama, perlu digaris bawahi, aku bukanlah seorang aktivis maupun seorang yang sangat perduli dengan lingkungan. Ini hanyalah sebuah coretan dari rasa bersalah yang sangat ingin untuk diperbaiki. Karena aku tinggal dan menjadi salah satu penghuni, dimana tempat antara bentuk datar atau bulat sering diperdebatkan.

        Semakin hari napasnya semakin pendek, karena paru-parunya kian hari hilang tanpa ada pengganti. Sifatnya pun menjadi moody, karena kian hari lapizan ozon semakin menipis hingga membuat iklim semakin sulit diprediksi. Mata airnya memudar, karena kian hari tumpukan sampah semakin tidak terkendali. Air mata yang biru pun, sudah berubah kecoklatan, tercemar tumpahan jiwa-jiwa yang hanya perduli dengan tumpukan kas di tempat dimana benda yang katanya bisa membuat bahagia itu tercipta.

        Lalu harus apa? kembali lagi aku bukan aktivis, ini hanya keluh kesah dan juga coretan dari rasa bersalah. Mungkin juga kalian yang membaca ini merasakan keluh kesah yang sama. Berusaha untuk mengurangi hal tersebut, itulah yang sedang diusahakan.

Sedih melihat bumi tidak baik-baik saja, bukan? karena pasti penghuninya lah yang juga akan merasakan akibatnya.

- Matikan lampu jika tidak digunakan. 

- Kurangi penggunaan plastik, misalnya dengan membawa dan menggunakan totebag.

- Buanglah sampah pada tempatnya.

- Hemat air.

- Habiskan makanan.

- Belanja tidak berlebihan, sesuaikan dengan kebutuhan.

- Jangan terlalu sering membakar sampah.



it's never too late to make things right.


and in the end, If bumi could talk, what would you hope for?

28 Oktober 2021



source unsplash/rosie-kerr

 

    Sudah hampir dua tahun, pandemi hadir merubah tatanan kehidupan yang sebelumnya tersusun apik tanpa ada batasan. Tentunya selalu ada sisi berbeda yang dapat ditangkap sebelum dan setelah kehadirannya. Banyak yang memprediksi pandemi akan tetap ada untuk beberapa tahun kedepan, dan ada pula yang memprediksi bahwa kita akan mampu bertahan dengan mulai menyesuaikan diri mengikuti keadaan yang ada.


 

source unsplash/onder-ortel

    Teringat saat awal kehadirannya datang, kecemasan timbul ditengah masyarakat. Berita kematian menghiasi layar televisi dan juga sosial media, ditambah lagi suara sirine ambulan yang tidak kunjung berhenti membuat raut kekhawatiran  tidak dapat lagi untuk disembunyikan. Melihat raut wajah itu, raut wajah kekhawatiran dari Ibu dan Bapak yang tetap berusaha tegar akan kesehatannya, dikarenakan usia yang sudah tidak muda lagi dan rentan terkena penularan Covid-19. Dan tentunya sebagai anak, ketakutan terbesar yang selalu menghantui adalah kehilangan.



source unsplash/raj-rana


    Banyak momen besar harus terlewati tanpa bercengkrama langsung. Idul Fitri, Idul Adha dan acara keagamaan besar lainnya harus ditiadakan dan dilakukan dirumah masing-masing. Dimana biasanya berkumpul bersama sanak keluarga dapat dilakukan secara langsung. Memulai kehidupan baru, dimana harus berinteraksi dan bertegur sapa  hanya melalui layar kaca handphone. Awalnya tidak biasa, namun kini.. demi kebaikan bersama harus mulai dibiasakan.



source unsplash/parastoo-maleki


    Membiasakan diri untuk memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak 1 meter menjadi kebiasaan baru ditengah masyarakat. 


source: unsplash/muhammad-shahhosseini


    Bekerja, sekolah, wisuda semua mulai dilaksanakan secara online untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Tagar #StayatHome mulai tersebar untuk menyuarakan suara bahwa tinggal dirumah atau dirumah saja lebih baik demi kesehatan bersama. Karena tentunya sudah cukup melihat Petugas kesehatan sebagai garda terdepan mulai satu persatu berjatuhan,  juga rumah sakit sebagai pelayanan kesehatan utama penuh sesak sehingga tidak sanggup menangani pasien Covid-19 yang semakin bertambah setiap harinya.



source unsplash/matt-semour

    Banyak kebijakan dari pemerintah diterapkan, salah satunya adalah lockdown. Lockdown, dimana tidak semua provinsi menerapkan kebijakan ini, tetapi hanya sebagian saja dengan menggunakan istilah lain yakni mulai dari PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) hingga PPKM (Pemberlakukan Pembatasan Kegiatan Masyarakat). Terdapat perbedaan level dari PPKM I, II, III, dan IV sebagai level tertinggi. Lalu, pelarangan izin untuk mengadakan pesta pernikahan atau acara dengan skala kerumunan massa yang tinggi. Selanjutnya pemberian vaksin untuk seluruh rakyat Indonesia yang disebar luaskan secara merata ke setiap daerah secara gratis. Dan syukurlah, semua berjalan dengan baik dengan turunnya grafik Covid-19 di Indonesia.


 

***

    Teringat kisah lucu saat bapak hendak diantar untuk vaksin. Beliau berpura-pura  kesana kemari agar saya membatalkan niat untuk mengantar ke tempat vaksinasi berada. Sayang, usaha bapak gagal dan akhirnya beliau mau untuk divaksin dengan syarat vaksin kedua saya harus ikut menemani beliau, “ anterin bapak lagi ya vaksin kedua” .. ya, it’s the cutest thing that I’ve ever heard from Bapak. Maklum saja, banyak berita hoax yang tersebar dan membuat bapak menjadi was-was.

***

 



source unsplash/anastasiaa-chepinska


    Kembali lagi ke pembahasan utama, masalah lain datang menghampiri sebagai efek dari kebijakan pemerintah untuk memutus rantai penyebaran. Dua hal menjadi fokus utama yakni Perekonomian masyarakat dan kesehatan mental. PHK banyak terjadi dikarenakan perusahaan tidak mampu untuk memenuhi biaya operasional, sehingga banyak pengangguran yang bingung untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, juga banyak usaha yang gulung tikar khususnya dalam bidang kuliner dan pariwisata dikarenakan tidak adanya pengunjung. Lalu, kesehatan mental yang semakin gencar terdengar mengingat keluhan para pelajar yang merasa lelah dan stress dengan banyaknya tugas dari pembelajaran online.


 

source unsplash/kelly-sikkema

    Tentunya dibalik sisi kurang menyenangkan tersebut, masih ada sisi menyenangkan yang dapat diambil hikmahnya. Salah satunya adalah kedekatan antar saudara semakin erat dan quality time bersama keluarga menjadi lebih banyak. Lebih banyak menghabiskan waktu dirumah, memberikan kesempatan untuk mengembangkan diri lebih baik lagi, seperti halnya : menjadi anak yang lebih berbakti, mengembangkan ide kreatif dan inovatif, serta tentunya yang utama semakin mendekatkan diri dengan Yang Maha Kuasa, karena umur dan ajal adalah sebuah misteri yang tidak bisa dipikirkan dan diperhitungkan secara logika. 

    Betapa bermaknanya setiap detik kehidupan, tentunya bersama dengan orang-orang tersayang. Melihat keluarga yang meninggal karena Covid harus disemayamkan ditempat berbeda, dan saat pemakaman pihak keluarga hanya bisa melihat dari kejauhan, tentunya itu menjadi kenangan menyakitkan yang akan selalu diingat.




source unsplash/noah-silliman

     Lanjut lagi, banyak yang beranggapan bahwa dengan adanya pandemi kaum introvert semakin diuntungkan. Oh tidak seperti itu konsepnya, dikutip dari bbc.com, Psikolog Daniele Gubler dan Katja Schlegel dari University of Bern, Swiss, menulis, "Koneksi sosial adalah kebutuhan dasar manusia. Menjadi seorang introvert tidak berarti anda tidak ingin bersosialisasi sama sekali". Sejatinya kaum introvert memang lebih suka dirumah dan menghabiskan waktu sendiri, namun tetap saja bersosialisasi itu mempunyai tempat berbeda.


**

     Kini, tidak sepenuhnya seperti dulu.. Pergi? belum, namun setidaknya ada napas segar dalam memulai tatanan kehidupan baru agar dapat mulai terbiasa dilakukan disetiap harinya hingga nanti benar-benar merdeka dari pandemi.




 

source unsplash/gift-habeshow


Satu hal yang saya pelajari dari adanya pandemi ini, “Bahagia itu sederhana”.

 

      Tanpa disadari bahwa dengan adanya kehadiran orang-orang tercinta disekeliling kita, senyum tulus dan dukungan mereka telah memberi tempat tersendiri yang mampu membuat perasaan menjadi lebih baik. Bernapas menjadi nikmat yang luar biasa, karena melihat banyak orang kesusahan berkeliling hanya untuk mendapatkan oxygen saat pandemi.

 

    Terakhir, harapan saat merdeka dari pandemi tentunya yang utama adalah kembali hidup. Menghidupkan perekonomian masyarakat yang mulai tidak teratur, agar kembali pulih. Menghidupkan tatanan kehidupan yang sebelumnya telah ada terutama dalam hal bersosialisasi dan beribadah. Lalu, menghidupkan kembali mental pelajar yang tertekan agar mereka dapat bercanda tawa dan bertukar pikiran secara langsung dengan temannya. Tentunya semua dengan tetap mengikuti peraturan protokol kesehatan yang dianjurkan.

Dan tidak lupa, Ayo Vaksin! Demi kebaikan kamu, dan kita semua. Semangat!


30 Mei 2021




---------------

"It's normal to hope for something, but if it does not work out the way you want
you have to accept it" . 
--------------

Sederhananya adalah dengan kalimat ini, Expect Nothing and Appreciate Everything!.
-------------------
What do you think about this word?
Have you heard or read before?
------

Sebuah kalimat yang terlihat biasa saja dan singkat, namun memiliki makna yang begitu bijak, berarti atau dalam bagi kehidupan. Dan sejujurnya.. in my opinion, kebahagiaan itu bukan sesuatu yang bisa ditemukan, melainkan diciptakan. Diciptakan oleh diri kita sendiri tanpa harus melanggar batasan-batasan yang ada.



"Expect nothing" ,  tidak berharap pada sesuatu. 

     Terdengar sulit dan mungkin akan menimbulkan pertanyaan, mungkinkah bisa?
    Mungkin jawaban terbaik adalah ya, berharap lah! namun dengan tetap mengingat bahwa "Harapan itu bukanlah sesuatu yang selalu harus menjadi kenyataan". Membuat suatu harapan, yang kelak akan menyakiti diri sendiri jika tidak diikuti dengan pemahaman bahwa Yang Maha Kuasa adalah penentu segalanya. Kita wajib berusaha tapi tetap semua kembali kepada ketetapan-Nya.


"Appreciate Everything", menghargai atau mensyukuri segala sesuatu. 

    Mensyukuri segala sesuatu yang dimiliki, sekali pun itu terlihat mudah atau biasa bahkan yang tidak kita sukai. Lagi, ini bukanlah sesuatu yang mudah. Menghargai atau bersyukur sama halnya dengan memahami bahwa apa pun yang ada di dalam diri kita adalah anugerah yang diberikan oleh-Nya. Mengerti bahwa, bersyukur tidak selalu tentang seberapa banyak yang kita dapatkan, melainkan seberapa tulus kita menerima dan tersenyum bahagia atas apa yang kita miliki.

Don't Give Up!
Semangat!
Do your best and Let God do the rest!





-------------------------------  Expect Nothing, Appreciate Everything.  -----------------------------
30 Mei 2021
---
Ditulis sebagai pengingat jika di kemudian hari aku lupa bahwa :
(harapan adalah milikku, namun hasil sepenuhnya adalah milik-Nya - anonim)

-Iru








Follow Us @soratemplates